Arema Tanpa Aremania: Jasad Tanpa Roh


”Singo Edan” Arema Malang kembali ompong saat bermain di kandangnya sendiri pada lanjutan Djarum Liga Super Indonesia 2008. Menjamu PSIS Semarang di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (2/8), Arema, yang pada laga sebelumnya dipermalukan Pelita Jaya 0-2, hanya mampu bermain imbang 0-0 (Kompas).

Akibat kejadian ini Bambang Nurdiansyah (Banur) – yang baru mengarsiteki empat laga yang dilakoni Arema di pentas kompetisi Liga Super 2008 – mundur dari pelatih kepala Singo Edan. Pengunduran Banur itu disampaikan usai Arema ditahan imbang PSIS Semarang 0-0 dalam laga kandang di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (2/8).

Pengunduran Banur ini sangat mengejutkan karena tim yang diarsiteki baru empat kali mengarungi kompetisi Liga Super 2008, sehingga kegagalan meraih angka sempurna di dua laga kandang tak dapat dijadikan barometer kegagalan prestasi.

Apalagi dalam dua laga tandang sebelumnya yaitu melawan Persita Tangerang dan Persijap Jepara Arema mampu berprestasi dengan menjungkalkan kedua tim itu. Dari empat laga itu, kini Arema bercokol di posisi 6 klasemen sementara dengan poin 7 dari dua kali menang, sekali kalah, dan sekali seri. Tentunya prestasi ini tidaklah terlalu jelek. Demikian Surya Online memberitakan.

Saya melihat, bahwa meskipun para Aremania sejak awal hingga akhir terus mensupport dengan nyanyian dan berbagai lagak dan gaya, nampaknya Arema tetap sia-sia menjebol gawang PSIS. Kenapa? Menurut saya lantaran para Aremania dilarang pakai atributnya, maka nuansa biru yang biasanya selalu mengitari mereka, menjadi hilang. Berubah menjadi warna hitam.

Arema seperti kehilangan roh.

Walau penuh semangat, nampaknya spirit yang biasanya hadir, menjadi sirna. Kapan ya atribut itu bisa dipakai lagi?