Mudik lebaran tahun ini sebaiknya menjadi inspirasi bagi bangsa tentang perlunya menemukan otentisitas kehidupannya…… untuk menemukan, mencium, dan menghirup kembali aroma berbangsa yang otentik dan segar. Kita ingin mudik karena banyak hal otentik yang sudah hilang dari kehidupan berbangsa. Kita ingin kembali ke ”sangkan paraning (asal muasal) Indonesia”. (Indonesia Mudik-KOMPAS)
Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia. (Namun kini soal mudik bukan lagi menjadi milik orang Indonesia saja. Beberapa waktu yang lalu diberitakan di tvOne, bahwa orang Islam di Kashmir juga mudik)
Hasil evaluasi Tim Lebaran Kompas 2010 sejak H-7 Lebaran hingga Senin (13/9) menunjukkan, pemudik masih menderita akibat transportasi massal yang buruk. Pola penarifan angkutan juga tidak berhasil, sebagaimana ongkos angkut sepeda motor dengan kapal dan kereta yang masih tinggi. Akibatnya, jumlah pemudik bersepeda motor tidak berhasil ditekan. Data Kementerian Perhubungan menunjukkan, jumlah sepeda motor di enam pos pemantauan, yaitu Merak (Cilegon), Sadang (Purwakarta), Tanjungpura (Karawang), Ciasem (Subang), Cianjur, dan Ciamis, sejak H-7 hingga H+1 Lebaran 2010 mencapai 573.071 unit. Jumlah itu naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 550.918 unit.
Itu semua adalah kisah mudik nan fisik.
Sementara NANTI
kita bakal
MUDIK SELAMANYA KE HARIBAAN ILAHI.
SUDAHKAH KITA MEMPERSIAPKANNYA?