Google & Maria Walanda Maramis


MARIA WALANDAMaria Josephine Catherina Maramis, atau yang lebih dikenal dengan nama Maria Walanda Maramis merupakan Pahlawan Nasional Indonesia.
Hari ini, Sabtu (1/12/2018), Google menampilkan Maria Walanda Maramis sebagai Google Doodle untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-146.
Ia dikenal sebagai pahlawan yang berusaha memajukan keadaan wanita di Indonesia pada awal abad ke-20.
Seperti dilansir Tribunnews dari Wikipedia, sosok Maria Walanda Maramis dianggap sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi wanita di dunia politik serta pendidikan.
Karena perjuangan dan dedikasinya, Maria diberi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional dari pemerintah Indonesia pada 20 Mei 1969 silam.
Maria kecil menghabiskan sebagian besar waktunya di Minahasa Utara.
Lahir dari pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu, Maria merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.
Namun pada usia enam tahun, Maria Walanda Maramis harus menjadi yatim piatu lantaran kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal.
Maria kecil dan kedua saudaranya kemudian diasuh oleh sang paman dan dibawa ke Maumbi.
Bersama kakak perempuannya, Anatje, Maria kemudian disekolahkan sang paman di Sekolah Melayu.
Sekolah Melayu tersebut merupakan satu-satunya pendudukan resmi yang diterima Maria dan Anatje.
Pasalnya saat itu perempuan diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga mereka.
Saat beranjak dewasa, Maria Walanda Maramis pindah ke Manado dan mulai menulis opini di surat kabar Tjahaja Siang.
Maria menuliskan soal pentingnya peran ibu dalam keluarga.
Ia juga menyebutkan ibu memiliki kewajiban untuk mengasuh dan menjaga kesehatan keluarganya.
Karena menyadari besarnya peran ibu dalam keluarga, Maria bersama beberapa orang mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917.
Tujuan didirikannya PIKAT adalah untuk mendidik para wanita mengenai hal-hal rumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lain sebagainya.
Di bawah pimpinan Maria Walanda Maramis, PIKAT berkembang pesat dan mulai mendirikan cabang di Maumbi, Tondano, dan Motoling.
Bahkan PIKAT juga memiliki beberapa cabang di Jawa, seperti di Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang, dan Surabaya.
Hampir satu tahun berdiri, PIKAT kemudian membuka sekolah di Manado pada 2 Juni 1918.
Hingga Maria meninggal pada 22 April 1924 di Maumbi, ia tetap aktif menjalankan PIKAT.
Untuk mengenang jasanya, pemerintah di Manado membangun Monumen Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis di Desa Maumbi, Kecamatan Kalawat.
Maria Walanda Maramis (kawanuabakudapa.net via TribunManado.co.id)
Soal pembangunan monumen tersebut, diungkapkan kakak perempuan Maria, Anatje.
“(Monumen) Ini dibangun pada 8 Maret 1987 saat kepemimpinan Gubernur Rantung,” ujar Anatje pada Jumat (26/2/2016), seperti dikutip dari TribunManado.co.id.
Saat diwawancarai TribunManado.co.id, Anatje memang tinggal di tempat peristirahatan terakhir Maria.
Jadi ia mengetahui bagaimana proses pembangunan Monumen Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis.
Tak hanya di Maumbi, patung Maria juga didirikan di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang.

Sumber: tribunnews

 

Google & Maya Angelou


 

Maya Angelou (lahir 4 April 1928 – meninggal 28 Mei 2014 pada umur 86 tahun) adalah seorang penulis puisi dan skenarioorator, dan aktris Afrika-Amerika.[1] Dia adalah wanita Afrika-Amerika pertama yang diminta untuk membacakan puisi karyanya dalam inagurasi presiden Amerika Serikat tahun 1993.[2] Puisi yang dia bacakan di Bill Clinton berjudul “On the Pulse of Morning” dan karya tersebut juga mendapat Penghargaan Grammy (Grammy Awards) pada tahun yang sama.[2]

Angelou terlahir dengan nama Marguerite Annie Johnson pada 4 April 1928 di St. LouisMissouri, dari pasangan Bailey Johnson and Vivian Baxter Johnson.[2] Saat kedua orang tuanya bercerai, Maya berserta seorang kakak laki-lakinya dititipkan pada nenek mereka selama beberapa tahun.[1] Pada tahun 1936, Maya diperkosa oleh kekasih ibunya dan lelaki tersebut kemudian dibunuh oleh pamannya.[1] Akibat kematian orang tersebut, Maya menjadi bisu dan sulit berbicara selama lima tahun.[1] Dia telah menulis beberapa buku dengan penjualan terbaik dan sebagian di antaranya berisi kejadian-kejadian yang pernah dialaminya sendiri.[2] Beberapa judul buku yang ditulisnya adalah I Know Why the Caged Bird Sings (1970), Gather Together in My Name (1974), dan A Song Flung Up to Heaven (2002).[1] Selain itu, dia adalah wanita kulit hitam pertama yang menulis skenario dan diproduksi menjadi film, yaitu Georgia, Georgia (1971).[1]

Referensi

  1. biography.com. “Maya Angelou Biography”. A&E Television Networks. Diakses tanggal 4 Juni 2010.
  2. Patricia Kite (2006). Maya Angelou. Lerner Publications. ISBN 978-0-8225-3426-6.Page.4-7

 

Google & Katsuko Saruhashi


Google & Katsuko Saruhashi

Hari ini, Kamis tanggal 22 Maret 2018, laman Google hadir dengan tema sosok sosok seorang Katsuko Saruhashi. Siapakah dia?

Katsuko Saruhashi (猿橋 勝子 Saruhashi Katsuko?, 22 Maret 1920 – 29 September 2007) adalah geokimiawan yang pertama kali mengukur kandungan karbon dioksida (CO2) di air laut dan memaparkan bukti bahaya luruhan radioaktif di air laut dan atmosfer.

Pendidikan dan profesi

Saruhashi lahir di Tokyo dan lulus dari Perguruan Tinggi Sains Wanita Kekaisaran Jepang (pendahulu Universitas Toho) tahun 1943, lalu bergabung dengan Institut Penelitian Meteorologi milik Observatorium Meteorologi Pusat (kelak menjadi Badan Meteorologi Jepang) dan bekerja di laboratorium geokimia di sana. Pada tahun 1950, ia mulai meneliti kandungan CO2 di air laut. Waktu itu, kandungan CO2 tidak dianggap penting sehingga Saruhashi harus mengembangkan metode pengukuran sendiri.[1]

Ia mendapat gelar S2 kimia pada tahun 1957 dari Universitas Tokyo dan menjadi salah satu perempuan pertama yang mendapat gelar tersebut.[2]

Hasil uji nuklir Bikini Atoll

Usai uji nuklir Bikini Atoll tahun 1954, pemerintah Jepang meminta Laboratorium Geokimia menganalisis dan mengawasi radioaktivitas air laut dan hujan.[2] Sebuah kapal nelayanJepang berada di arah angin saat uji nuklir dilakukan, kemudian semua awak kapal jatuh sakit. Saruhashi menemukan bahwa radioaktivitas memakan waktu satu setengah tahun untuk mencapai perairan Jepang.[2]

Tahun 1964, tingkat radioaktivitas menunjukkan bahwa perairan Pasifik Utara bagian barat dan timur telah bercampur sepenuhnya. Tahun 1969, jejak-jejak radioaktivitas telah tersebar ke seluruh Pasifik.[butuh rujukan] Ini merupakan salah satu penelitian pertama yang menunjukkan cara luruhan nuklir menyebar ke seluruh dunia, bukan hanya di perairan sekitar.[butuh rujukan] Pada tahun 1970-an dan 1980-an, ia mulai meneliti hujan asam dan dampaknya.

Kematian

Saruhashi meninggal dunia tanggal 29 September 2007 akibat pneumonia di rumahnya di Tokyo pada usia 87 tahun.

Penghargaan

1958 – Pendiri Perkumpulan Ilmuwan Perempuan Jepang untuk memperkenalkan perempuan dalam ilmu pengetahuan dan membantu menjaga perdamaian dunia.[3]

  • 1979 – Direktur Eksekutif Laboratorium Geokimia.
  • 1980 – Perempuan pertama yang menjadi anggota Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang.
  • 1981 – Avon Special Prize for Women atas penelitiannya tentang penggunaan tenaga nuklir secara damai dan menaikkan status status ilmuwan perempuan.
  • 1981 – Perintis Saruhashi Prize, penghargaan tahunan untuk ilmuwan perempuan yang menjadi panutan bagi ilmuwan perempuan muda.
  • 1985 – Perempuan pertama yang dianugerahi Miyake Prize untuk geokimia.
  • 1993 – Tanaka Prize dari Society of Sea Water Sciences.

Saruhashi adalah anggota kehormatan Perkumpulan Geokimia Jepang dan Perkumpulan Oseanografi Jepang.[4]

Pada tanggal 22 Maret 2018, Google menampilkan Doodle berwajah Katsuko Saruhashi bertepatan dengan ulang tahun ke-98. [5][6]

Kutipan

“Ada banyak perempuan yang mampu menjadi ilmuwan besar. Saya menunggu-nunggu masa ketika perempuan bisa ikut memperkaya sains dan teknologi, sejajar dengan laki-laki.”[7]

Catatan kaki

  1. ^Yount, Lisa (1996) Twentieth-Century Women Scientists, Facts On File, Inc., p. 53, ISBN 0-8160-3173-8
  2. ^a b c Yount, Lisa (2008). A to Z of women in science and math (edisi ke-Rev.). New York: Facts On File. hlmn. 263–264. ISBN 978-0-8160-6695-7.
  3. ^Robertson, Jennifer, editor (2008) A Companion to the Anthropology of Japan, John Wiley & Sons, p. 477, ISBN 140514145X
  4. ^Yount, Lisa, p. 58, ISBN 0-8160-3173-8
  5. ^https://www.google.com/doodles/katsuko-saruhashis-98th-birthday
  6. ^https://www.youtube.com/watch?v=plpsvpDa-tc
  7. ^Yount, Lisa, p. 56, ISBN 0-8160-3173-8

Referensi

  • Yount, Lisa (1996). Twentieth Century Women Scientists.New York: Facts on File. ISBN 0-8160-3173-8.
  • Morell, Virginia et al. (April 16, 1993). Called ‘Trimates,’ three bold women shaped their field. Science, v260 n5106 p420(6).

 

Google & Usmar Ismail


Hari ini Google merayakan HUT Usmar Ismail yang ke-97. Siapakah dia?

Usmar Ismail (lahir 20 Maret 1921 – meninggal 2 Januari 1971 pada umur 49 tahun) adalah seorang sastrawan dan sutradara film Indonesia. Ia dianggap sebagai warga pribumi pelopor perfilman di Indonesia. Usmar meninggal dunia karena stroke.

Pendidikan dan Karier

Ia pernah sekolah di HIS, MULO-B, AMS-A II Yogyakarta. Ia memperoleh B.A. di bidang sinematografi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1952.

Pada masa pendudukan Jepang dia tergabung dalam Pusat Kebudayaan. Pada masa itu pula ia mendirikan dan menjadi ketua Sandiwara Penggemar “Maya” bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, H.B. Jassin, dll..

Ketika Belanda kembali bersama tentara Sekutu, ia menjadi anggota TNI di Yogyakarta dengan pangkat mayor.

Ia aktif sebagai pengurus lembaga yang berkaitan dengan teater dan film. Ia pernah menjadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948), ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta (1946-1948), ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN). BMPN mendorong pemerintah melahirkan “Pola Pembinaan Perfilman Nasional” pada tahun 1967. Ia dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik dan para pengusaha film lainnya. Lalu, ia menjadi ketuanya sejak 1954 sampai 1965.[3]

Dalam bidang keredaksian dan kewartawanan, ia pernah menjadi pendiri dan redaktur Patriot, redaktur majalah Arena, Yogyakarta (1948), “Gelanggang”, Jakarta (1966-1967). Ia juga pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (1946-1947).

Ia pernah aktif dalam bidang politik. Ia pernah menjadi ketua umum Lembaga Seniman Muslimin Indonesia (Lesbumi) (1962-1969), anggota Pengurus Besar Nahdatul Ulama (1964-1969), anggota DPRGR/MPRS (1966-1969).

Setelah sempat membantu Andjar Asmara menyutradarai Gadis Desa pada 1949, ia memulai debut penyutradaraan film lewat film Harta Karun. Ia dikenal luas secara internasional setelah menyutradarai film berjudul Pedjuang pada tahun 1961, yang mendokumentasikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Film ini ditayangkan dalam Festival Film Internasional Moskwa ke-2, dan menjadi film karya anak negeri pertama yang diputar dalam festival film internasional.[4]

Di luar bidang-bidang tersebut, ia menjadi orang Indonesia pertama yang mendirikan kelab malam, yakni Miraca Sky, di puncak gedung Sarinah pada akhir tahun 1960-an. Selain itu, ia juga pernah menjadi pemimpin PT. Triple T.

Pengaruh

Ketika mempersiapkan Kafedo, Usmar memberi kesempatan dan mendidik anak muda yang berminat dalam penyutradaraan film. Melalui program inilah Nya Abbas Acup masuk ke dunia film. Ia juga dikenal sebagai pencetak bintang. Nurnaningsih dan Indriati Iskak adalah dua contoh orang yang karirnya dilejitkannya.

Darah dan Doa dianggap sebagai film nasional pertama di Indonesia.

Tanggapan Publik

Kritikus film menganggap karya-karyanya, seperti Enam Djam di Jogja dan Dosa Tak Berampun, mengandung ciri Indonesiawi.

Pada masa penayangannya di Metropole Krisis menarik penonton berjubel selama lima minggu.

Anak Perawan di Sarang Penyamun sempat diboikot peredarannya pada tahun 1962.

Penghargaan

Tahun 1962 ia mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1969 ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI. Setelah meninggal dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI. Namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.[6] Selain itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan operamusik, dan teater, yang dinamai sesuai namanya.[7]

Karya Tulis

Drama

Mutiara dari Nusa Laut (1943)

Mekar Melati (1945)

Sedih dan Gembira (1950)

Kumpulan Puisi

Puntung Berasap (1950)

Karya lainnya

Pengantar ke Dunia Film

Usmar Ismail Membawa Film (editor J.E. Siahaan) (1983)

Filmografi

Referensi

  1. ^“Usmar Ismail”, IMDb
  2. ^Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 825
  3. ^Sinematek Indonesia & Badan Penelitian dan Pengembangan, Penerangan, Departemen Penerangan RI. (1979). Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. hlm. 521-522
  4. ^“2nd Moscow International Film Festival (1961)”MIFF. Diakses tanggal 2012-11-09.
  5. ^Sinematek Indonesia & Badan Penelitian dan Pengembangan, Penerangan, Departemen Penerangan RI. (1979). Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. hlm. 521-523
  6. ^Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 825-826
  7. ^Usmar Ismail Hall – The First Integrated Cinema & Concert Hall
  8. ^Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 826

 

Google & George Peabody


Google & George Peabody

 Ada yang menarik dari tampilan Google pada hari ini.

Untuk hari Jumat tanggal 16 Maret 2018 ini, Google Doodle ,menghadirkan tampilan halaman muka dengan tema sosok George Peabody.

Bagi warga Indonesia, sosok yang memiliki nama lengkap George Foster Peabody adalah sosok yang terdengar sangat asing di telinga bukan?

Meski begitu, ada cerita menarik di balik sosok George Peabody sehingga sosoknya dijadikan tokoh pada Google Doodle hari ini.

Sosoknya dipandang begitu spesial di mata warga dunia karena sosoknya dikenal sebagai bapak kedermawanan modern.

Lahir dari keluarga keturunan pengusaha di tanggal 27 Juli 1852, Peabody tumbuh dengan karakter yang gigih.

Kegigihan itu makin terlihat kala pendidikan yang ditempuh Peabody sempat terputus saat Perang Saudara.

Perpecahan yang melanda Amerika Serikat kala itu memiskinkan keluarganya sehingga terpaksa ia putus sekolah di usia 11 tahun.

Untuk menyambung hidupnya serta meneruskan pendidikannya yang sempat tertunda, keluarga Peabody memutuskan pindah dari tempat asalnya yang sederhana yakni Georgia menuju ke New York.

Tanpa adanya dana untuk bersekolah tak menjadi penghalang bagi Peabody untuk menimba ilmu.

Di kota New York inilah,  ia menghidupi dirinya dan keluarga dengan magang di sebuah toko kelontong sembari menghabiskan banyak waktunya di perpustakaan Y.M.C.A. (The Young Men’s Christian Association) untuk terus belajar secara otodidak.

Tak hanya membantu menafkahi keluarga dan rajin belajar,  Peabody juga taat beribadah.

Sosoknya kerap terlihat beribadah di gereja Brooklyn Heights.

Di gereja ini pula ia berteman baik dengan bankir muda Spencer Trask.

Karena kedekatan ini pula, pada tanggal 2 Mei 1881, Peabody ikut menjadi mitra di firma baru milik sahabatnya itu yakni Spencer Trask & Company.

Tak lama kemudian, roda kehidupan Peabody pun bergulir menjadi lebih baik.

Hal ini terjadi setelah perusahaan investasi milik Spencer yang ia ikut danai tersebut mengalami kesuksesan

Kesuksesan ini pun menandai awal perjalanan karir Peabody dalam dunia investasi yang begitu menguntungkan.

Selama tahun 1880-an dan 1890-an bisnisnya bersama Spencer yang fokus dalam bidang properti ini terus meroket.

Bahkan, usaha yang dimiliki Peabody ikut berperan penting dalam pembiayaan perusahaan penerangan listrik, industri gula dan industri lainnya seperti konstruksi kereta api di Amerika Serikat bagian barat dan Meksiko.

Dalam investasi terkait kontruksi kereta api firma tersebut, Peabody bahkan ikut turun tangan untuk bekerja sama dengan tokoh industri terkenal lainnya yakni William J. Palmer.

Selain menjadi direktur di investasi perkeretaapian, Peabody juga menjadi direktur di perusahaan lainnya yang dibawahi Trask.

Spencer Trask, Peabody, dan saudara kandungnya yakni Charles Jones Peabody pun ikut menginvestasikan sebagian besar kekayaan yang selama ini mereka raih ke perusahaan Edison Electric Company.

Perusahaan yang didanai mereka bertiga ini pun menjadi cikal bakal kesuksesan salah satu perusahaan raksasa di Amerika yang terkenal hingga sekarang yakni General Electric.

Hal ini terjadi setelah Edison Electric Illuminating berhasil menggandeng JP Morgan pada satu payung yakni General Electric Company pada tahun 1892.

George Foster Peabody pun ikut menjadi anggota dewan GE usai merger tersebut.

Dengan kesuksesan yang diraihnya ini, Peabody tak lupa diri.

Selama hidupnya, Peabody juga ikut membenamkan dirinya dalam aktifitas sosial

Salah satu yang menjadi fokus utamanya adalah peningkatan pendidikan di daerah Selatan Amerika Serikat seperti tempat asalnya yakni di Georgia.

Karena kepeduliannya tersebut, pada tanggal 16 Maret 1867,Peabody dianugerahi Medali Emas oleh Kongres Amerika setelah menyumbang $ 2 juta atau setara dengan 36 juta dolar jika merujuk pada inflasi saat ini sebagai sumbangannya untuk pendidikan warga di daerah Selatan AS.

Karena aksi terpujinya itulah muncul Peabody Award sebagai penghargaan bagi mereka yang memiliki cerita hidup yang paling kuat, mencerahkan, dan menginspirasi seperti sosok Peabody di media televisi, radio, dan media online.

Sebagai penghormatan terhadap sumbangsih Peabody ini pula tepat pada tanggal 16 Maret 2018, 151 tahun setelah sumbangsihnya pada pendidikan di Amerika, sosok Peabody ini ikut dijadikan sebagai ikon Google Doodle pada hari ini.

SUMBER : Tribunnews.com

Stephen Hawking Meninggal Dunia


Stephen Hawkinga Ahli fisika terkemuka di dunia, Stephen Hawking, telah meninggal dunia pada usia 76 tahun.

“Kami sangat berduka bahwa ayah kami meninggal dunia hari ini. Dia merupakan ilmuwan hebat dan pria luar biasa yang karya dan warisannya akan terus hidup untuk tahun-tahun mendatang,” sebut pernyataan bersama, Lucy, Robert, dan Tim, tiga anak mendiang Hawking.

Keluarga Hawking mengatakan sang ilmuwan meninggal dunia dengan tenang di kediamannya dekat Universitas Cambridge.

Mereka memuji “keberanian dan keteguhan” mendiang dan juga mengatakan “kepintaran dan humornya” menginspirasi orang-orang di seluruh dunia.

“Dia pernah berkata, ‘Jagat ini tidak berarti banyak jika bukan menjadi kediaman orang yang kamu cintai’. Kami akan senantiasa merindukannya,” sebut anak-anak Hawking.

Selama hidupnya, Hawking dikenal sebagai pria humoris sekaligus duta yang populer bagi sains. Dia telah muncul dalam berbagai acara televisi.

Dalam sebuah episode serial kartun The Simpsons, sosok Hawking diilustrasikan minum bersama Homer di sebuah bar dan bercanda bahwa dia akan mencuri ide Homer mengenai bentuk tata surya seperti donat.

Hawking tampil sebagai dirinya salah satu acara komedi BBC, Red Dwarf. Wujud Hawking dalam hologram pun pernah ditayangkan dalam episode serial Star Trek: The Next Generation.

Ilmuwan itu bahkan mengisi suara dalam sejumlah rekaman. Misalnya, pada tembang band Pink Floyd berjudul Keep Talking di album The Division Bellkeluaran 1994.

Di Asia, Hawking diketahui memiliki akun media sosial Cina, Weibo. Salah satu unggahan yang menarik perhatian adalah ketika dia memuji Wang Junkai—penyanyi utama band pria asal Cina, TFBOYS.

Awalnya, Wang bertanya kepada Hawking mengenai cara kaum manusia menyiapkan perpindahan ke planet lain di masa depan.

Hawking kemudian mengunggah sebuah video di Weibo berisi pernyataan bahwa Wang mengajukan “pertanyaan bagus” yang membuatnya mendapat pandangan tentang kaum milenial di Cina serta “keingintahuan” mereka soal masa depan.

Diskusi soal migrasi ke planet lain mengemuka setelah Hawking baru-baru ini memperingatkan bahwa seluruh manusia harus meninggalkan Bumi dalam kurun 600 tahun mendatang sebelum peningkatan konsumsi energi secara drastis menjadikan planet ini “bola api”.

Sontak pernyataan tersebut memantik diskusi di antara khalayak Cina, yang 4,3 juta di antaranya mengikuti akun Hawking di Weibo.

Penyakit saraf motorik

Stephen Hawking lahir di Oxford, pada 8 Jauari 1942. Ayahnya, seorang periset biologi, memutuskan menetap di sana untuk menghindari pengeboman di London oleh tentara Jerman.

Setelah meraih gelar sarjana fisika di Universitas Oxford dengan predikat terpuji, Hawking hijrah ke Universitas Cambridge guna menyelesaikan studi doktoral di bidang kosmologi.

Namun, pada usia 22 tahun—menjelang pernikahannya dengan istrinya yang pertama, Jane—Hawking divonis hanya bisa bertahan hidup dua tahun akibat mengidap penyakit saraf yang mempengaruhi kemampuan motorik.

Ternyata penyakitnya berkembang secara perlahan dan Hawking luput dari maut. Hawking dan Jane pun dikaruniai tiga anak.

Meski demikian, tubuhnya lumpuh sehingga dia harus memakai kursi roda. Dia juga tidak bisa bicara, kecuali dibantu dengan perangkat suara.

Dengan kondisi demikian, Hawking mampu menyelesaikan buku berjudul A Brief History of Time—sebuah panduan dalam kosmologi.

Buku itu terjual lebih dari 10 juta eksemplar dengan predikat “buku paling populer yang tidak pernah dibaca”.

Hak atas fotoAFP

Radiasi Hawking

A Brief History of Time mendongkrak popularitas Hawking. Apalagi, dia menemukan ‘radiasi Hawking’—fenomena kebocoran energi di lubang hitam yang menyebabkannya hilang tanpa jejak.

Dia juga dikenal sangat mampu memvisualisasikan solusi sains tanpa kalkulasi atau eksperimen.

Akan tetapi, mungkin yang membuat Hawking sangat terkenal adalah “teori segalanya”, yang berpendapat jagat raya berkembang menurut hukum yang pasti.

“Perangkat hukum yang lengkap ini memberikan kita jawaban-jawaban atas beragam pertanyaan, seperti bagaimana jagat raya bermula? Ke mana tujuannya? Apakah ada akhirnya? Jika ada akhirnya, seperti apa berakhirnya? Jika kita menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, kita benar-benar akan mengetahui jalan pikiran Tuhan,” paparnya.

‘Teori segalanya’ ini kemudian dijadikan judul dalam film The Theory of Everythingyang mengisahkan hidupnya. Hawking bahkan bertemu Eddie Redmayne yang memerankan dirinya.

Tidak boleh kehilangan harapan

Kondisi tubuh Hawking membuatnya sangat tergantung kepada orang lain. Dia acap kali menyanjung istrinya, yang telah merawatnya selama lebih dari 20 tahun.

Karena itu, teman-teman dan kerabatnya terkejut ketika dia bercerai dengan istrinya dan menikahi salah satu perawatnya pada 1995.

Lima tahun kemudian Hawking sering berkunjung ke unit gawat darurat di salah satu rumah Sakit di Cambridge lantaran mengalami beragam cedera. Kepolisian sempat menginterogasi sejumlah orang lantaran adanya tuduhan Hawking disiksa secara fisik dan verbal selama bertahun-tahun.

Hak atas fotoPAImage captionEddie Redmayne memerankan Hawking dalam film The Theory of Everything

Hawking dikenal tidak bisa ditebak dan sering sembrono saat mengendarai kursi roda listriknya. Dia berkeras dirinya tidak disiksa dan tuduhan itu pun belakangan digugurkan.

Pada 2007, dia menjadi penyandang difabel yang mengalami sensasi tanpa bobot tubuh saat menumpang ‘vomit comet’—pesawat yang khusus dirancang untuk mensimulasikan nol gravitasi. Dia mengaku melakukannya itu karena berminat pada perjalanan luar angkasa.

“Saya yakin bahwa kehidupan di Bumi semakin berisiko dilanda bencana, seperti perang nuklir mendadak, virus yang dimodifikasi, atau bahaya lain. Saya pikir kaum manusia tidak punya masa depan jika tidak bertolak ke luar angkasa. Karena itu, saya ingin mendorong minat publik terhadap luar angkasa,” tuturnya.

Walau mengalami disabilitas, Hawking berpendapat kondisi itu tidak menghentikannya untuk berkeluarga dan berkarya.

“Itu menunjukkan bahwa seseorang tidak boleh kehilangan harapan,” ujarnya.

Fakta soal Stephen Hawking:

  • Lahir pada 8 Januari 1942 di Oxford, Inggris.
  • Awalnya menekuni studi ilmu alam di Universitas Oxford pada 1959, namun meraih gelar doktor di Universitas Cambridge.
  • Pada 1963, didiagnosa mengidap penyakit saraf yang mempengaruhi kemampuan motorik. Dia diperkirakan hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
  • Mengusulkan teori pada 1974 bahwa lubang hitam memancarkan “radiasi Hawking”.
  • Merilis buku A Brief History of Time pada 1988. Buku itu terjual lebih dari 10 juta eksemplar.
  • Kisahnya dijadikan film The Theory of Everything yang dibintangi Eddie Redmayne pada 2014.

 

Sumber : BBC.com

Google & Pi Day


Google & PieGoogle Doodle hari ini hadirkan tampilan yang sungguh menggugah selera di laman utama pecarian perusahaan, Google.

Diawali 30 tahun lalu pada 1988 oleh fisikawan Larry Shaw, Pi Day selalu identik dirayakan dengan sepotong kue pai yang terlihat sangat lezat.

Lalu apa arti sebenarnya Pi Day atau Hari Pi, dan kenapa dirayakan pada hari ini? Pi Day merupakan hari perayaan untuk menghormati konstanta matematika, Pi–ditandai yang ditandai oleh huruf Yunani “π”.

Dikutip dari laman Google Doodle, Rabu (14/3/2018), Angka tersebut mewakili rasio antara lingkar lingkaran (perimeter) dengan diameternya (jarak dari sisi ke sisi yang melewati pusat).

Tak hanya itu, konstanta Pi memiliki peranan penting dari bebagai bidang yang berhubungan dengan matematika.

Pi Day dirayakan tepat pada hari ini untuk menghormati tiga digit pertama dari konstanta tak terhingga tersebut, yaitu 3.14.

Jadi, 14 Maret ditulis sebagai 3.14 (Maret = 3 dan hari – 14). Maka dari itu, 14 Maret adalah Hari Pi!

Seperti yang sudah kamu ketahui, Google acap kali mengubah-ubah logonya dalam rangka merayakan berbagai hari perayaan liburan, ulang tahun atau ulang tahun salah satu sosok ternama.

Untuk perayaan Pi Day kali ini, rakasasa pencarian itu meminta bantuan penemu Cronut, Dominique Ansell untuk membuat sebuah doodle epik untuk ulang tahun ke-30 konstanta Pi.

Tampilkan foto kue pai sebenarnya, koki pastry pemenang berbagai penghargaan tersebut menata berbagai macam kue yang tentunya akan membuat pecinta makanan, matematikawan, dan pengguna internet terkesima.

Sumber : liputan6.com

Google & William Henry Perkin


Google & W Henry Perkin

Hari ini, tanggal 12 Maret 2018 Google merayakan HUT William Henry Perkin yang ke 108. Siapakah dia?

London Timur, Inggris, 12 Maret 1838, menjadi hari yang begitu membahagiakan bagi sosok George Perkin, seorang Tukang Kayu yang sukses di eranya kala itu.

Di hari itulah, George bersama istrinya Sarah Perkin mendapatkan karunia berupa anak mereka yang ketujuh.

Anak itu kemudian mereka beri nama William Henry Perkin

George dan Sarah kala itu mungkin tak menyangka bahwa anak bungsu mereka dari tujuh bersaudara ini akan menjadi sosok yang berpengaruh dalam sejarah manusia.

Ya, sosok Sir William Henry Perkin tersebut akan selalu dikenang dalam sepanjang sejarah sebagai penemu pewarna sintetis pertama di dunia!

Sosoknya ini secara tak sengaja menemukan hal tersebut dalam sebuah kegagalan sintesis kinina sebagai obat malaria kala itu.

Tanpa ‘kegagalannya’ ini, mungkin perkembangan industri pewarna sintetis dan tekstil akan stagnan seperti di abad ke-18 hingga sekarang

Oleh karena itu tak heran jika untuk menghormatinya Google mengangkat Sir William Henry Perkin sebagai temanya di Google Doodle hari ini.

Lantas, bagaimana kisah awal mula Perkin menemukan zat pewarna ‘mauvenine’ untuk pakaian tersebut?

Semuanya bermula kala Perkin masih remaja, tepatnya berusia 18 tahun.

Pada 1853 Sir William Henry Perkin masuk Royal College of Chemistry, London

Saat itu, William Henry Perkin belajar di bawah bimbingan August Wilhelm von Hofmann, seorang ahli kimia asal Jerman.

Sebagai seorang asisten di laboratorium yang berusia 18 tahun, Sir William Henry Perkin memiliki tugas untuk membersihkan semua kotoran hitam dari gelas kimia setelah percobaan yang gagal.

Hofmann kala itu tengah sibuk mencari rumusan kimia guna menghasilkan obat penangkal penyakit malaria yang menjadi momok di kala itu.

Beberapa percobaannya yang gagal ini pun menyisakan banyak aparatus kotor yang harus dibersihkan Perkin.

Nah, dalam rutinitas membersihkan gelas-gelas kimia kotor tersebut, Sir William Henry Perkin menemukan sebuah hal yang menarik di matanya.

Kala itu, ia menemukan zat berwarna ungu dengan sifat pewarnaan yang sangat bagus dan begitu jelas, suatu hal yang tak pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

Sir William Henry Perkin menyadari hal tersebut setelah zat ‘aneh’ itu meninggalkan noda ungu yang jelas saat diencerkan dengan alkohol.

Karena penemuan yang tak disengajanya ini, William kemudian memusatkan perhatiannya pada zat tersebut.

Upaya-upaya mulai dari pembuatan ulang zat tersebut pun ia lakukan.

Setelah mendapatkan formula yang tepat untuk mereplikasikannya, William pun mematenkan temuannya sekaligus mengkomersialisasikan hasil risetnya.

Zat pewarna ungu ini kemudian ia namakan “mauveine” atau dikenal juga dengan anilin ungu (aniline purple), atau Tyrian Purple.

Mauvenine ini lah yang menjadi basis sekaligus pionir dalam perkembangan industri pewarna buatan.

3 Tahun setelah ia berhasil menguasai formulanya, pada tahun 1856 akhirnya Sir William Henry Perkin mendapatkan hak paten untuk memproduksi pewarna sintetis ini.

Di tahun berikutnya, dengan bantuan ayah dan saudaranya, Sir William Henry Perkin mendirikan pabrik di dekat Harrow.

Kejayaan Sir William Henry Perkin ditandai dengan puncak dari perkembangan pesat industri tekstil yang terjadi kala itu.

Pakaian berwarna ungu pun menjadi tren dan begitu mewabah di kalangan masyarakat Inggris berkat jasa William.

Selain itu, pakaian berwarna ungu kala itu bisa dikatakan sebagai dresscode bagi kalangan elite tertentu karena Mauvenine yang ditemukan William sendiri dianggap sangat mahal untuk sebagian besar orang.

Karena tren yang dibuatnya menjadi masalah kesenjangan, Sir William Henry Perkin kemudian memutar otak untuk membuat Mauvenine dengan harga yang lebih murah, sehingga warna ungu ini menjadi lebih mudah diakses dan didapat.

Hal ini menyebabkan ‘kegilaan’ pada tren fashion bernuansa ungu yang kian menjadi-jadi.

Hal ini pun diperlihatkan dalam ilustrasi Doodle hari ini yang menggambarkan ‘kegilaan’ pada masa itu.

Bahkan Ratu Victoria sendiri menggenakan gaun ungu muda saat menghadiri Pameran Kerajaan pada 1862.

Karena penemuannya ini pula, Sir William Henry Perkin juga mempopulerkan sistem atau proses yang digunakannya ini.

Proses itu kemudian dikenal sebagai reaksi Perkin.

Reaksi Perkin sendiri pada perkembangannya juga digunakan untuk mensintesis kumarin yang menghasilkan parfum buatan pertama di dunia.

Karena jasa-jasanya di bidang penelitian kimia terutama tekstil inilah, Sir William Henry Perkin mendapatkan gelar bangsawan pada tahun 1906, bertepatan dengan peringatan 50 tahun penemuannya untuk “mauvenine”.

Anyway, selamat ulang tahun yang ke-180 untuk Sir William Henry Perkin!

Sumber : Tribunnews.com

Google & Hari Perempuan Internasional


 

Google & Hari Perempuan Internasional 2018

Google Doodle hari ini, Kamis (8/3/2018), merayakan Hari Perempuan Internasional 2018. Hari spesial ini jatuh setiap tahun pada tanggal 8 Maret dengan merayakan prestasi perempuan sambil menyoroti perjuangan berkelanjutan untuk kesetaraan gender.

Google meriahkan Hari Perempuan Internasional 2018 dengan menampilkan 12 karya seniman wanita dengan desain dan cerita unik. Ke-12 seniman wanita tersebut datang dari latar belakang dan kisah berbeda.

Selusin cerita yang menarik perhatian itu dapat kamu lihat dengan mengklik tombol play di bagian tengah Doodle. Google mengatakan setiap cerita mewakili momen, orang, atau peristiwa yang telah mempengaruhi kehidupan mereka sebagai wanita.

“Masing-masing seniman menceritakan cerita unik, temanya universal, mengingatkan bahwa kita memiliki kesamaan,” kata Google sebagaimana dikutip dari The Sun.

“Kami berharap kekuatan kata-kata dan gambar dapat membawa cerita inspiratif dan menggugah perasaan akan pengertian, empati, dan semangat hari ini,” sambung raksasa mesin pencarian tersebut.

Perayaan Hari Perempuan Internasional kali ini menyatukan pemerintah global, organisasi wanita, bisnis, dan badan amal. Dimeriahkan juga dengan bincang-bincang, pertunjukan, demonstrasi, networking, dan pawai.

Dengan skandal yang terjadi baru-baru ini di industri Hollywood dan World Economic Forums’ Global Gender Gap Report, menunjukkan butuh 217 tahun untuk menutup kesenjangan gender.

Siapakah 12 Seniman Wanita Itu?

Bagi kamu yang penasaran, berikut daftar lengkap artis yang terlibat dalam proyek Google Doodle kali ini:

  1. Anna Haifisch – “Nov 1989”
  2. Chihiro Takeuchi – “Ages and Stages”
  3. Estelí Meza – “My Aunt Blossoms”
  4. Francesca Sanna – “The Box”
  5. Isuri – “Aarthi the Amazing”
  6. Karabo Poppy Moletsane – “Ntsoaki’s Victory”
  7. Kaveri Gopalakrishnan – “Up on the Roof”
  8. Laerte – “Love”
  9. Philippa Rice – “Trust”
  10. Saffa Khan – “Homeland”
  11. Tillie Walden – “Minutes”
  12. Tunalaya Dunn – “Inwards”

Sumber : liputan6.com

Oscar 2018 Goes To…


ACTOR IN A LEADING ROLE

WINNER

GARY OLDMAN

Darkest Hour

NOMINEES

TIMOTHÉE CHALAMET

Call Me by Your Name

DANIEL DAY-LEWIS

Phantom Thread

DANIEL KALUUYA

Get Out

DENZEL WASHINGTON

Roman J. Israel, Esq.

ACTOR IN A SUPPORTING ROLE

WINNER

SAM ROCKWELL

Three Billboards outside Ebbing, Missouri

NOMINEES

WILLEM DAFOE

The Florida Project

WOODY HARRELSON

Three Billboards outside Ebbing, Missouri

RICHARD JENKINS

The Shape of Water

CHRISTOPHER PLUMMER

All the Money in the World

ACTRESS IN A LEADING ROLE

WINNER

FRANCES MCDORMAND

Three Billboards outside Ebbing, Missouri

NOMINEES

SALLY HAWKINS

The Shape of Water

MARGOT ROBBIE

I, Tonya

SAOIRSE RONAN

Lady Bird

MERYL STREEP

The Post

ACTRESS IN A SUPPORTING ROLE

WINNER

ALLISON JANNEY

I, Tonya

NOMINEES

MARY J. BLIGE

Mudbound

LESLEY MANVILLE

Phantom Thread

LAURIE METCALF

Lady Bird

OCTAVIA SPENCER

The Shape of Water

ANIMATED FEATURE FILM

WINNER

COCO

Lee Unkrich and Darla K. Anderson

NOMINEES

THE BOSS BABY

Tom McGrath and Ramsey Naito

THE BREADWINNER

Nora Twomey and Anthony Leo

FERDINAND

Carlos Saldanha and Lori Forte

LOVING VINCENT

Dorota Kobiela, Hugh Welchman and Ivan Mactaggart

CINEMATOGRAPHY

WINNER

BLADE RUNNER 2049

Roger A. Deakins

NOMINEES

DARKEST HOUR

Bruno Delbonnel

DUNKIRK

Hoyte van Hoytema

MUDBOUND

Rachel Morrison

THE SHAPE OF WATER

Dan Laustsen

COSTUME DESIGN

WINNER

PHANTOM THREAD

Mark Bridges

NOMINEES

BEAUTY AND THE BEAST

Jacqueline Durran

DARKEST HOUR

Jacqueline Durran

THE SHAPE OF WATER

Luis Sequeira

VICTORIA & ABDUL

Consolata Boyle

DIRECTING

WINNER

THE SHAPE OF WATER

Guillermo del Toro

NOMINEES

DUNKIRK

Christopher Nolan

GET OUT

Jordan Peele

LADY BIRD

Greta Gerwig

PHANTOM THREAD

Paul Thomas Anderson

DOCUMENTARY (FEATURE)

WINNER

ICARUS

Bryan Fogel and Dan Cogan

NOMINEES

ABACUS: SMALL ENOUGH TO JAIL

Steve James, Mark Mitten and Julie Goldman

FACES PLACES

Agnès Varda, JR and Rosalie Varda

LAST MEN IN ALEPPO

Feras Fayyad, Kareem Abeed and Søren Steen Jespersen

STRONG ISLAND

Yance Ford and Joslyn Barnes

DOCUMENTARY (SHORT SUBJECT)

WINNER

HEAVEN IS A TRAFFIC JAM ON THE 405

Frank Stiefel

NOMINEES

EDITH+EDDIE

Laura Checkoway and Thomas Lee Wright

HEROIN(E)

Elaine McMillion Sheldon and Kerrin Sheldon

KNIFE SKILLS

Thomas Lennon

TRAFFIC STOP

Kate Davis and David Heilbroner

FILM EDITING

WINNER

DUNKIRK

Lee Smith

NOMINEES

BABY DRIVER

Paul Machliss and Jonathan Amos

I, TONYA

Tatiana S. Riegel

THE SHAPE OF WATER

Sidney Wolinsky

THREE BILLBOARDS OUTSIDE EBBING, MISSOURI

Jon Gregory

FOREIGN LANGUAGE FILM

WINNER

A FANTASTIC WOMAN

Chile

NOMINEES

THE INSULT

Lebanon

LOVELESS

Russia

ON BODY AND SOUL

Hungary

THE SQUARE

Sweden

MAKEUP AND HAIRSTYLING

WINNER

DARKEST HOUR

Kazuhiro Tsuji, David Malinowski and Lucy Sibbick

NOMINEES

VICTORIA & ABDUL

Daniel Phillips and Lou Sheppard

WONDER

Arjen Tuiten

MUSIC (ORIGINAL SCORE)

WINNER

THE SHAPE OF WATER

Alexandre Desplat

NOMINEES

DUNKIRK

Hans Zimmer

PHANTOM THREAD

Jonny Greenwood

STAR WARS: THE LAST JEDI

John Williams

THREE BILLBOARDS OUTSIDE EBBING, MISSOURI

Carter Burwell

MUSIC (ORIGINAL SONG)

WINNER

REMEMBER ME

from Coco; Music and Lyric by Kristen Anderson-Lopez and Robert Lopez

NOMINEES

MIGHTY RIVER

from Mudbound; Music and Lyric by Mary J. Blige, Raphael Saadiq and Taura Stinson

MYSTERY OF LOVE

from Call Me by Your Name; Music and Lyric by Sufjan Stevens

STAND UP FOR SOMETHING

from Marshall; Music by Diane Warren; Lyric by Lonnie R. Lynn and Diane Warren

THIS IS ME

from The Greatest Showman; Music and Lyric by Benj Pasek and Justin Paul

BEST PICTURE

WINNER

THE SHAPE OF WATER

Guillermo del Toro and J. Miles Dale, Producers

NOMINEES

CALL ME BY YOUR NAME

Peter Spears, Luca Guadagnino, Emilie Georges and Marco Morabito, Producers

DARKEST HOUR

Tim Bevan, Eric Fellner, Lisa Bruce, Anthony McCarten and Douglas Urbanski, Producers

DUNKIRK

Emma Thomas and Christopher Nolan, Producers

GET OUT

Sean McKittrick, Jason Blum, Edward H. Hamm Jr. and Jordan Peele, Producers

LADY BIRD

Scott Rudin, Eli Bush and Evelyn O’Neill, Producers

PHANTOM THREAD

JoAnne Sellar, Paul Thomas Anderson, Megan Ellison and Daniel Lupi, Producers

THE POST

Amy Pascal, Steven Spielberg and Kristie Macosko Krieger, Producers

THREE BILLBOARDS OUTSIDE EBBING, MISSOURI

Graham Broadbent, Pete Czernin and Martin McDonagh, Producers

PRODUCTION DESIGN

WINNER

THE SHAPE OF WATER

Production Design: Paul Denham Austerberry; Set Decoration: Shane Vieau and Jeffrey A. Melvin

NOMINEES

BEAUTY AND THE BEAST

Production Design: Sarah Greenwood; Set Decoration: Katie Spencer

BLADE RUNNER 2049

Production Design: Dennis Gassner; Set Decoration: Alessandra Querzola

DARKEST HOUR

Production Design: Sarah Greenwood; Set Decoration: Katie Spencer

DUNKIRK

Production Design: Nathan Crowley; Set Decoration: Gary Fettis

SHORT FILM (ANIMATED)

WINNER

DEAR BASKETBALL

Glen Keane and Kobe Bryant

NOMINEES

GARDEN PARTY

Victor Caire and Gabriel Grapperon

LOU

Dave Mullins and Dana Murray

NEGATIVE SPACE

Max Porter and Ru Kuwahata

REVOLTING RHYMES

Jakob Schuh and Jan Lachauer

SHORT FILM (LIVE ACTION)

WINNER

THE SILENT CHILD

Chris Overton and Rachel Shenton

NOMINEES

DEKALB ELEMENTARY

Reed Van Dyk

THE ELEVEN O’CLOCK

Derin Seale and Josh Lawson

MY NEPHEW EMMETT

Kevin Wilson, Jr.

WATU WOTE/ALL OF US

Katja Benrath and Tobias Rosen

SOUND EDITING

WINNER

DUNKIRK

Richard King and Alex Gibson

NOMINEES

BABY DRIVER

Julian Slater

BLADE RUNNER 2049

Mark Mangini and Theo Green

THE SHAPE OF WATER

Nathan Robitaille and Nelson Ferreira

STAR WARS: THE LAST JEDI

Matthew Wood and Ren Klyce

SOUND MIXING

WINNER

DUNKIRK

Gregg Landaker, Gary A. Rizzo and Mark Weingarten

NOMINEES

BABY DRIVER

Julian Slater, Tim Cavagin and Mary H. Ellis

BLADE RUNNER 2049

Ron Bartlett, Doug Hemphill and Mac Ruth

THE SHAPE OF WATER

Christian Cooke, Brad Zoern and Glen Gauthier

STAR WARS: THE LAST JEDI

David Parker, Michael Semanick, Ren Klyce and Stuart Wilson

VISUAL EFFECTS

WINNER

BLADE RUNNER 2049

John Nelson, Gerd Nefzer, Paul Lambert and Richard R. Hoover

NOMINEES

GUARDIANS OF THE GALAXY VOL. 2

Christopher Townsend, Guy Williams, Jonathan Fawkner and Dan Sudick

KONG: SKULL ISLAND

Stephen Rosenbaum, Jeff White, Scott Benza and Mike Meinardus

STAR WARS: THE LAST JEDI

Ben Morris, Mike Mulholland, Neal Scanlan and Chris Corbould

WAR FOR THE PLANET OF THE APES

Joe Letteri, Daniel Barrett, Dan Lemmon and Joel Whist

WRITING (ADAPTED SCREENPLAY)

WINNER

CALL ME BY YOUR NAME

Screenplay by James Ivory

NOMINEES

THE DISASTER ARTIST

Screenplay by Scott Neustadter & Michael H. Weber

LOGAN

Screenplay by Scott Frank & James Mangold and Michael Green; Story by James Mangold

MOLLY’S GAME

Written for the screen by Aaron Sorkin

MUDBOUND

Screenplay by Virgil Williams and Dee Rees

WRITING (ORIGINAL SCREENPLAY)

oscars_90th_stage

GET OUT

Written by Jordan Peele

NOMINEES

THE BIG SICK

Written by Emily V. Gordon & Kumail Nanjiani

LADY BIRD

Written by Greta Gerwig

THE SHAPE OF WATER

Screenplay by Guillermo del Toro & Vanessa Taylor; Story by Guillermo del Toro

THREE BILLBOARDS OUTSIDE EBBING, MISSOURI

Written by Martin McDonagh

Sumber : Oscar 2018