Lahir di Jakarta, 21 September 1965, Gita Wirjawan adalah salah satu contoh orang swasta yang akhirnya kerja di pemerintahan. Sekarang ia adalah Menteri Perdagangan RI.
Sebelumnya, sejak Nopember 2009 ia adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pada tahun 2012, di bawah kepemimpinan Gita di BKPM, Indonesia berhasil mencetak rekor tertinggi realisasi investasi modal asing.
Gita Kecil
Terlahir berdarah Jawa-Manado. Almarhum Wirjawan Djojosoegito dan Paula Warokka Wirjawan berharap bungsu dari lima anak mereka adalah seorang perempuan. Mereka menyiapkan pernak-pernik baju bayi perempuan. Termasuk nama Gita. Tapi Tuhan berkehendak yang lahir adalah seorang lelaki pemimpin. Akhirnya diberilah dia nama ‘Gita Irawan Wirjawan’.
Gita menghabiskan masa kecil di Jakarta. Masa kanak-kanak Gita seperti masa kecil anak-anak Indonesia pada umumnya. Gita kecil jarang mandi. Rambutnya kribo dan senang berjalan ke sana kemari tanpa alas kaki alias ‘nyeker’. Dia pergi bersekolah di SD Budi Waluyo dan sempat menikmati menjadi siswa SMP Pangudi Luhur sebelum akhirnya pindah ke Bangladesh. Cita-cita kecilnya adalah menjadi seniman.
Sejak kecil, dia sudah menunjukan ketertarikan pada musik dan olahraga, dua hal yang menjaga keseimbangan hidupnya.
Gita Remaja
Gita senang bermain basket, bulutangkis, renang dan sepak bola. Dia sempat serius bermain bulutangkis hingga pernah menjadi juara beberapa kompetisi bulutangkis regional di India. Kesenangannya bermain bulutangkis memberinya semangat dan bekal dalam memimpin PBSI. Kurang dari setahun, prestasi badminton Indonesia menunjukkan kebangkitan, terutama dalam ganda.
Awalnya dia tak tertarik musik sampai pada usia 13 tahun sang ayah memintanya belajar piano klasik. Dia kemudian tak sengaja mendengar musik yang diputar kakaknya. Dia menikmati Earl Klugh, Dave Brubeck, Wes Montgomery, Duke Ellington, hingga raja jazz Miles Davis hingga kini dia dikenal sebagai penikmat dan pemain musik handal.
Gita menghabiskan masa remaja di Bangladesh dan India mengikuti orang tuanya karena ayahnya yang dokter ahli kesehatan masyarakat diberi tugas sebagai perwakilan Indonesia di WHO. Di dua negara itu, dia serius memupuk cita-cita kecilnya menjadi seniman. Masa-masa sekolahnya dihabiskan untuk menekuni banyak pelajaran musik dan olahraga. Hingga akhirnya dia terbang ke Amerika Serikat untuk melanjutkan kuliah.
Gita Pelajar
Matematika dan musik adalah dua mata kuliah utama yang dipelajarinya di Amerika. Namun ibunya Paula Warokka tak suka dia belajar musik karena khawatir Gita tak mudah mencari kerja. Si bungsu ini pun banting stir mengambil kuliah ekonomi demi kecintaannya pada sang ibu. Dia lulus Master of Business Administration di Baylor University, Amerika Serikat tahun 1989.
Masa-masa hidup Gita tersulit adalah bertahan hidup dan meneruskan kuliah di Amerika Serikat. Ayahnya saat itu sudah pensiun dan memberinya bekal tidak lebih dari seperempat biaya kuliah di sana. Saat sulit, dia selalu teringat kata-kata Winnie the Pooh “You’re bigger than what you think you are”.
Dia menunjukan ketangguhannya bertahan di masa sulit dengan memanfaatkan banyak kesempatan. Berbagai pekerjaan kasar pernah dia lakoni untuk mengumpulkan uang. Mulai menjadi pembersih toilet, pencuci piring di restoran, supir hingga sempat berjualan kulit ular. Di sela-sela libur kuliah, dia juga rajin memberi les piano. Di situlah dia bertemu pertama kalinya dengan Yasmin Stamboel, cucu pahlawan Otto Iskandar Dinata yang kemudian menjadi istrinya.
Berangkat dengan beasiswa musik, Gita berhasil pulang membawa kebanggaan ibunya dengan tiga gelar bidang akuntansi, adminstrasi bisnis dan ilmu administrasi publik. Dia lulus S-2 keduanya meraih Master of Public Administration (MPA) di Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 2000.
Gita Muda
Gita muda adalah seorang mahasiswa yang tangguh dan sigap mengatasi kesulitan keuangan. Tak peduli ‘gengsi’, ia bertahan hidup menjadi pembersih toilet, tukang cuci piring restoran, hingga jadi supir taksi. Kesulitan finansial semasa kuliah membuatnya berpikir, semua anak muda Indonesia harus berkesempatan meraih pendidikan lebih baik. Untuk itu ia pun mendirikan Yayasan Ancora yang sudah menyalurkan beasiswa pada ribuan generasi muda Indonesia dan merintis pendirian Sekolah Rakyat untuk anak-anak usia dini.
Berhasil meraih beasiswa musik untuk menempuh jenjang pendidikan tinggi, namun atas kehendak orang tua yang berkeinginan lain, Gita mendapatkan Bachelor Degree in Accounting (BBA) di University of Texas, Austin, Amerika Serikat pada tahun 1988. Lulus sebagai akuntan, Gita meraih lisensi Certified Public Accountant untuk negara bagian Texas.
Untuk memperluas pengetahuannya, Gita melanjutkan pendidikan Master of Business Administration (MBA) di Baylor University, Amerika Serikat, pada tahun 1989 dan Master of Public Administration (MPA) di Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 2000.
Mengawali karirnya sebagai Direktur Corporate Finance di PT Bahana Securities, anak perusahaan dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero). Keterlibatannya dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga ditunjukkan Gita di PT Pertamina (Persero) dimana ia menjabat sebagai Komisaris Independen. Selain itu, Gita juga pernah memegang jabatan kunci di beberapa bank investasi ternama dunia seperti Goldman Sachs dan JPMorgan.
Husni Fahrudin – dalam kompasiana – menulis :
Dalam suksesi Kepemimpinan Nasional di tahun 2014 ini, Gita berkeinginan untuk menunjukkan potensi dan kapasitasnya menjadi calon Presiden Republik Indonesia.Maka, untuk mewujudkan keinginannya itu, Gita pun baru-baru ini, mengikuti konvensi yang digelar Partai Demokrat. Gita termasuk dari beberapa peserta yang mengikuti konvensi sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat.
Gita sendiri memiliki pandangan, bahwa pemimpin yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah sosok pemimpin yang bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia di tengah pusaran demokratisasi dan pluralisasi.
Dengan saat ini rakyat Indonesia berjumlah 250 juta jiwa, maka sepantasnya sejumlah tersebut bukan hanya untuk memilih pemimpin, namun juga untuk dipilih sebagai pemimpin. Karena, semakin banyak yang layak menjadi pemimpin, maka sebuah indikator majunya peradaban bangsa dan menunjukkan semangat demokrasi makin terpatri di jiwa bangsa Indonesia.
Kerangka berpikir Gita tentang pemimpin Indonesia kedepan, tentu saja tampak sekalimemiliki khasanah yang sangat mengapresiasi kearifan lokal untuk kemudian mengantarkannya pada modernitas internasional, termasuk mengorbitkan Indonesia sebagai negara yang dapat menjembatani dua negara yang saat ini menjadi pilar ekonomi terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat dan China, dan menjadi defisit soft of power diantara negara-negara Barat dan negara-negara Timur Tengah dengan profesionalisme yang dimiliki serta kemudian dapat mengintegrasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan ekonomi demi sebuah political order semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sumber : http://gitawirjawan.com, http://ayogitabisa.com & kompasiana