Antara Puasa, Einstein dan Pacaran…


Assalamu’alaikum warohmatulohi wabarokatuh…

Pada sore ini para alim ulama yang ahli dalam ilmu falak (juga pihak Pemerintah, dalam hal ini: Departemen Agama) akan melakukan rukyatul hilal. akan melihat apakah bulan sudah nampak apa belum. Bila nampak, maka besok, hari Senin, akan mulai melaksanakan puasa Ramadhan. Sementara itu, Muhammadiyah, sudah menetapkan bahwa awal puasa adalah hari Senin, tanggal 1 September 2008.

Terserah kepada kita, bermakmum kepada yang mana. Soal perbedaan, dalam Islam, adalah rahmat. Tidak usah diperdebatkan dan menjadi bahan permasalahan. Yang penting, bukan siapa yang paling akurat dan paling benar. Yang penting adalah bahwa kita telah yakin dengan yang kita anuti dan menjalankan puasa. Itu saja.

Puasa mengandung arti mencegah atau menahan diri dari makan dan minum dan senggama sejak terbit fajar hingga terbenam matahari atas dasar ketentuan hukum agama. *)

Kalau kita hitung (untuk wilayah Indonesia) memakan waktu sekitar 13 jam. Bahkan untuk puasa di iklim sub-tropis bisa lebih dari 18 jam. Waktu yang cukup lama bagi kita yang belum terbiasa puasa. Bagi yang sudah biasa puasa, atau melaksanakan puasa dengan dasar iman, niscaya tidaklah lama. Einstein mengatakan bahwa waktu itu relatif. Tidak pasti! Dan pernyataan Einstein ini saya setujui 100%. Buktinya?

Bila kita melaksanakan puasa karena hanya lantaran kewajiban saja, maka detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam akan terasa berjalan amat lambat. Bukan tidak mungkin mereka akan lebih banyak melakukan kegiatan tidur melulu. Kan tidurnya orang puasa itu dapat pahala. Memang betul. Tapi alangkah ruginya bila bulan yang penuh barokah ini lebih banyak kita manfaatkan untuk tidur. Kalau tidurnya saja memperoleh pahala, apalagi kalau dalam keadaan jaga, dan melakukan berbagai amalan. Niscaya akan semakin banyak pahala yang kita peroleh.

Sebaliknya, bila kita melaksanakan ibadah puasa lantaran iman, niscaya waktu akan berjalan dengan cepat. Apalagi bila kita mengisi dengan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat. Di samping tetap semangat dalam bekerja, juga memperbanyak waktu luang kita untuk melakukan amalan-amalan. Insya Allah tanpa terasa waktu berbuka pun akan menjelang.
Ini bukti bahwa waktu itu relatif.

Lantas, apa hubungannya dengan pacar?
Ini kisah saya di masa remaja dulu. Pacarannya hanya pas Malam Minggu. Saat untuk pacaran, seolah sang waktu berjalan (lebih tepat dikatakan) berlari seperti kilat. Kita seolah kekurangan waktu. Satu jam seperti lewat dalam sekejap.

Dan sebaliknya, setelah lewat malam Minggu, untuk menuju ke malam minggu berikutnya, seolah tidak sampai-sampai. Padahal dari dulu, sampai sekarang, hingga sampai kiamat menjelang, satu hari tetap berumur 24 jam. Tak lebih dan tak kurang.
Ini membuktikan bahwa waktu itu relatif. Lama dan tidaknya waktu berjalan, tergantung bagaimana kita menyikapi.

Akhirnya, selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga tak ada halangan, dan bisa memperbanyak amalan-amalan. Dan manakala selama saya beraktivitas di dunia blogosphere ini banyak melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

CATATAN :

Arab Saudi dan sebagian besar negara kawasan Teluk akan memulai puasa mereka pada bulan Ramadhan 1429 H, Senin (1/9) ini.

Pihak otoritas di Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Palestina juga Mesir menyatakan bulan sabit belum terlihat setelah waktu matahari terbenam Sabtu (30/8), dan dengan demikian Minggu (31/8) menjadi hari terakhir bulan sebelum Ramadhan.

Namun umat muslim di Libya, ibadah puasa dimulai pada hari Minggu. Sedangkan di Iran yang mayoritas penganut Syiah, awal Ramadhan sepertinya akan jatuh pada Selasa (2/9).  Sementara di Irak, penganut Syiah akan mengikuti rekannya di Iran dengan berpuasa mulai Selasa, sedang bagi kaum Sunni akan mulai awal Ramadhan pada Senin, seperti Arab Saudi. (Kompas.com)

Wassalamu”alaikum warohmatulohi wabarokatuh…

———————

*) Khazanah Istilah Al-Qur’an, Rachmat Taufik Hidayat)

[ Tulisan ini dengan beberapa perubahan, pernah saya tulis di sini. Sementara gambar ‘the great Mosque of Paris‘ saya ambil di sini ]

Gula Pasir Dibuang di Jalan dan Diinjak-injak


Dulu, tahun 90-an, harga gula bila dibandingkan dengan harga beras adalah 2 : 1. Saat gula harganya Rp 1.500, maka harga beras  adalah Rp  750. Kini tidak. Bahkan lebih mahal harga beras ketimbang harga gula. Lebih dari itu, saat semua bahan pokok, ternyata gula (salah satu bahan pokok) malah turun.

Tak heran kalau kemudian banyak petani tebu menjadi marah. Seperti yang diberitakan Surya Online, bahwa petani tebu di wilayah PTPN XI membuang gula ke jalan sebagai bentuk protes atas maraknya gula impor dan rafinasi di pasaran, Sabtu ( 30/8 ). Karena banyaknya gula ini, gula produksi petani tidak laku dan menumpuk di gudang-gudang pabrik gula. Protes diikuti sekitar 50 petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) di kawasan PTPN XI, di Pabrik Gula Pagotan, Kabupaten Madiun.

Sebelum membuang gula ke jalan dan menginjak-nginjaknya di jalan di samping PG Pagotan, petani menunjukkan gula hasil panen petani yang menumpuk di empat gudang di PG Pagotan. Gula ini tidak bisa terjual karena di pasaran banyak gula impor dan gula rafinasi yang harusnya diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman.

Menurut Ketua APTRI PG Pagotan Sudira, ada 180.000 ton gula di empat gudang itu. Gula yang menumpuk tidak hanya gula hasil giling tahun ini tetapi ada pula gula hasil giling tahun lalu. Menumpuknya gula membuat gudang tidak bisa lagi memuat gula hasil giling.

Sejak bulan April, penjualan gula hasil giling tidak bisa maksimal. “Bahkan sekarang, mendekati bulan puasa dan Lebaran, yang biasanya gula petani banyak terserap ke pasaran, malah tidak terjadi, gula masih menumpuk di gudang, “ujar Sudira.

Wakil Ketua APTRI di wilayah PTPN XI Edi Sukamto menambahkan sekitar 70 persen dari gula hasil giling 37 pabrik gula di wilayah Jawa Timur dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan di luar Pulau Jawa sedangkan sisanya untuk kebutuhan di Pulau Jawa.

Sementara di luar Pulau Jawa dan juga di Jawa, gula impor dan rafinasi banyak beredar di pasaran. Hal inilah yang membuat gula di PG Pagotan dan 36 pabrik gula lainnya di Jawa Timur tidak bisa terserap di pasaran, jelasnya.

Berdasarkan data yang diperolehnya, di pasaran kini terdapat 1,9 juta ton gula rafinasi yang diimpor pabrik gula rafinasi dan 685.000 ton gula rafinasi yang diimpor oleh industri makanan dan minuman. Adapun produksi petani 2,9 juta ton plus sisa tahun 2007 1,3 juta ton. Sementara kebutuhan nasional 4,1 juta ton.

Betul-betul menyedihkan bila melihat fenomena ini. Yang dikhawatirkan, bila persoalan ini tanpa ada solusi dari pemerintah, bukan tak mungkin para petani akan membongkar tanaman tebunya, untuk diganti tanaman lain. Yang lebih celaka lagi kalau tanah itu dijual.

Kalau sekarang kebutuhan gula nasional separuhnya masih diimpor, bukan tak mungkin bila nanti Indonesia bakal menjadi 100% pengimpor gula. Kalau sudah begini, harga gula bisa tembus Rp 10.000.

[Foto diambil dari berita liputan6 ]

Pemerintah Orde Lama Nunggak Hutang Rp 300 kepada Warganya?


Bahwa pemerintah Orde Baru mewariskan hutang kepada segenap rakytnya (yang jumlahnya amat-sangat-banyak-sekali) kita semua pada tahu. Tapi pemerintah Orde Lama meninggalkan warisan hutang. Kayaknya nggak mungkin. Karena Bung Karno sangat anti hutang – apalagi kepada para ‘kapitalis’. Go to hell with your aid !!!

Tapi ternyata Orla punya juga tunggakan hutang. Bukan kepada pihak asing, justru kepada salah seorang warganya. Suryalive.com memberitakan: Pemerintah masih memiliki hutang sebesar f 300 atau Rp 300 di tahun 1946 kepada Artip yang belum dibayar hingga kini.

Celakanya, ahli waris Artip menagih hutang tersebut dan menggugat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk mengembalikan pinjaman yang kini telah mencapai Rp 1,185 miliar.

Tahun 1946 silam saat perekonomian Indonesia sangat sulit, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pinjaman Nasional dan mempunyai hutang kepada almarhum Artip dengan perincian; Pinjaman Nasional Negara Republik Indonesia 1946 dengan bunga 4 persen, Resipis oentoek Soerat Pengakoean oetang sebesar f 100, pada tanggal 1 Mei 1946 No. A 92756.

Pinjaman Nasional Negara Republik Indonesia dengan bunga 4 persen, Resipis sebesar f 100, pada tanggal 1 Desember 1946, No. A 92756. Pinjaman Nasional Negara Republik Indonesia dengan bunga 4 persen, Resipis sebesar f 100, pada tanggal 1 Djoeni 1947, No. A 92756.

Almarhum Artip meninggalkan warisan berupa piutang ini kepada ahli warisnya, yakni Apsah, Arpinah, Sarnah, Omo, Sumarmo, dan Hadijah. Sebelumnya, penggugat telah berusaha melakukan musyawarah dengan para tergugat namun menemui jalan buntu dengan alasan hutang tersebut telah kadaluarsa.

Namun, Kuasa hukum penggugat Roichan Santoso mengatakan, dalam hukum hutang piutang tidak berlaku kadaluwarsa. “Dalam utang piutang tidak ada kadaluarsa. Siapa yang mengatakan kadaluarsa, saya bisa tunjukkan kebenarannya,” kata Roichan, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (27 Agustus).

Selain menuntut piutang Rp 1,185 miliar, penggugat juga menuntut ganti kerugian moril Rp 10 miliar.

Kota Malang Membuka Lowongan 802 CPNS


Masyarakat Kota Malang yang ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS) saatnya mempersiapkan diri. Pasalnya, dalam waktu dekat ini Pemkot Malang akan membuka formasi 802 CPNS untuk tenaga administratif, teknis, guru dan kesehatan.

Menurut Burhanuddin, Kepala Badan Kepegawai Daerah (BKD) Kota Malang, formasi baru itu antara lain terbagi dalam tenaga guru sebanyak 218 orang, administrasi 466 orang, tenaga teknis 47 orang dan tenaga kesehatan 71 orang. Khusus tenaga administrasi akan diisi dari tenaga honorer yang telah masuk di data base.

“Selain tenaga administrasi, kebutuhan formasi PNS ini akan mengambil dari umum. Kami upayakan pada November-Desember mendatang sudah bisa dilaksanakan,” kata Burhanudin kepada wartawan, Selasa ( 26/8 ).

Saat ini pihaknya tengah mengoordinasikan kebutuhan CPNS tersebut dengan sejumlah instansi terkait. Hasil koordinasi akan dijadikan acuan untuk menentukan kebutuhan dan persyaratan yang harus dipenuhi calon pelamar. “Rumusan formasi ini akan diminta persetujuan kepada Menteri PAN. Setelah disetujui akan diterbitkan juklak dan juknisnya,” jelas Burhanuddin.

Dengan penambahan formasi ini, jumlah tenaga honorer dari semula sekitar 750 orang akan berkurang menjadi 284 orang. Jumlah ini diharapkan akan tuntas pada 2009 mendatang. Sementara 35 tenaga guru honorer yang belum masuk dalam data base, akan diupayakan masuk pada 2009.
Sekretaris Komisi A DPRD Kota Malang, Sigit Setiawan mengingatkan, agar nasib ke 35 guru honorer tersebut dapat segera tertampung dalam data base. Karena itu, pihaknya meminta BKD segera memperjuangkan.

[sumber : Surya Online]

Uang Maha Kuasa


Dari ke hari ‘borok’ yang sudah lama mengering, nampak menganga lagi. Nanah, belatung, dan bau busuk menyebar ke mana-mana. Dan para pemilik borok saling lempar tangan sembunyi batu. Itu borok bukan miliknya, melainkan milik lain oknum.

Rakyatpun jadi bingung. Lantas, kalau semua saling lempar, siapa yang salah? Hingga kini belum jelas. Tapi yang pasti efek dominonya jelas. Sebagian rakyat tetap menjadi miskin di negerinya yang berlimpah akan kekayaan alam.

Apa ini merupakan azab bagi bangsa Indonesia, atau sekedar ujian agar kelak menjadi negara yang adi daya?

Seandainya yang namanya uang diletakkan pada posisinya, hanya sebagai alat saja, mungkin hal demikian tak akan terjadi.

Yang terjadi adalah Uang kini menjadi Maha Kuasa – mengalahkan Yang Maha Kuasa – Sang Ilahiah.

Seolah mereka itu bakal hidup 1000 tahun lagi. Lupa kalau mereka bisa saja mati esok hari.

Menjadi Tamu Presiden: Kebanggaan yang Berujung Kesengsaraan


Siapapun pasti akan merasa terhormat manakala mendapat undangan untuk bisa bertemu dengan Presiden di Istana Negara. Namun, kita mesti perlu waspada dan perlu bekal yang cukup sebelum kita memutuskan untuk hadir. Karena, tanpa persiapan dan bekal yang cukup, kita bisa ‘kapiran’ di sana. Contohnya, seperti yang diberitakan Harian Surya Online berikut ini:

Sebanyak 30 orang penari asal NTT (Nusa Tenggara Timur) yang tampil di acara 17 Agustus-an di Istana Negara telantar nasibnya. Nasib serupa juga dialami oleh Yuni Veronika, 11, peraih medali emas kejuaraan dunia catur pelajar asal Riau.

Para penari dan Yuni tidak bisa pulang ke daerahnya masing-masing, usai mengikuti acara silahturahmi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait perayaan 17-an.
Para penari yang masih duduk di bangku SMA tidak bisa pulang ke kampong halamannya di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT, karena ditinggal pergi oleh ketua panitia dan pimpinan kelompok.

Saat ini sebagian penari itu mengungsi di rumah seorang warga asal NTT di Jakarta, Dominik Walleng, di Kramatjati, Jakarta Timur.Sebagian lagi ditampung di rumah Ketua RT 10/04 Kramatjati, Suparman.

“Rabu pagi ( 20/8 ) lalu, Kepala Dinas P dan K Kabupaten Lembata, yaitu Pak Martin, Didi Lejak sebagai manajer keuangan, dan Madjid Lamahoda, pimpinan kelompok, tanpa sepengetahuan anak-anak langsung pergi dari tempat penginapan. Mereka tidak mau bertanggungjawab, bahkan mereka membawa sisa uang penginapan,” ucap Dominik Walleng, yang ditemui di rumahnya Kamis ( 21/8 ) sore.

Para penari asal NTT ini mulai menginap di Graha Wisata Remaja TMII (Taman Mini Indonesia Indah) sejak tanggal 16 Agustus, sehari sebelum 17-an.

Namun karena ditinggal kabur pimpinan rombongan yang membawa uang sewa penginapan, pihak pengelola Graha Wisata Remaja mengusir mereka setelah beberapa hari diberi kesempatan bertahan di penginapan itu.
“Harusnya sesuai rencana, anak-anak menginap sampai 10 hari dari tanggal 16 hingga 26 Agustus,” ucap Dominik.

Sementara itu, Yuni mengaku kapok untuk menghadiri acara 17-an di Istana Negara setelah pengalaman buruk ini. Peraih medali emas dan perunggu kejuaran catur dunia tingkat pelajar tahun 2008 ini sebetulnya merasa terhormat dan senang bertemu dengan Presiden. “Tapi, jika jadi terlantar seperti ini, saya kapok,” kata Yuni, Kamis ( 21/8 ) siang.

Berbeda dengan para penari NTT, Yuli dan bapaknya Sudirman kehabisan dana karena pihak pengundang, yaitu Depdiknas, tak mau mengganti biaya untuk Sudirman.
“Masak saya harus ke Jakarta sendirian. Kan tak mungkin,” kata Yuli.

Untungnya, pada berita berjalan yang ada di tvOne tadi sore, kabarnya mereka sudah menerima uang transport pulang.

Kisah Sengkon Karta Berulang Kembali?


Pengakuan Ryan bahwa Mr X adalah Asrori klop atau setidaknya tak bertentangan dengan pengakuan Imam Hambali alias Kemat, 26, dan Devid Eko Priyanto, 17, serta Maman Sugianto alias Sugik, 22. Ketiga warga Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Jombang, ini sekarang mendekam di LP Jombang. Ketiga orang itu mengaku mereka tidak membunuh Asrori.

Kemat dan Devid kini berstatus terpidana setelah divonis masing-masing 17 dan 12 tahun karena -berdasar fakta-fakta dalam persidangan– terbukti membunuh Asrori. Sedangkan Sugianto berstatus sebagai tahanan titipan Kejaksaan Negeri (Kejari) Jombang karena masih dalam proses hukum dengan dakwaan ikut membantu pembunuhan Asrori. (Surya Online)

Membaca berita ini, ingatan saya ingat akan kasus Sengkon Karta. Sengkon dan Karta, kata blogombal, adalah produk peradilan sesat. Mereka tak membunuh tapi dijebloskan ke bui, dan kalau tak salah justru di penjara mereka berkenalan dengan pembunuh asli, sehingga kebenaran pun terungkap.

Saat itu, Sengkon – Karta sedang menjalani pidana di LP Cipinang karena tuduhan merampok dan membunuh suami-istri Sulaiman – Siti Haya di Cakung Payangan Pondok Gede, Bekasi. Sewaktu Sengkon sedang sekarat di LP Cipinang, seorang narapidana bernama Gunel merasa iba. Dengan jujur dan merasa berdosa ia minta  maaf kepada Sengkon yang harus mendekam di penjara karena perbuatan yang tidak dilakukannya. Gunel kemudian mengaku bahwa ia bersama teman-temannya telah membunuh Sulaiman dan Siti Haya, bukan  Sengkon dan Karta. Pengakuan Gunel, yang masuk LP Cipinang karena kasus lain itu, akhirnya diketahui  media massa. Waktu itu para petinggi hukum dan para pelaksana di lapangan sigap. DPR juga ikut campur tangan. Media massa berpartisipasi aktif. Dan akhirnya Kejaksaan Agung lalu mengajukan Penangguhan Pelaksanaan Menjalani Hukuman bagi Sengkon dan Karta. (apakabar@clark.net)

Sengkon dan Karta, yang masing-masing dihukum 7 dan 12 tahun penjara karena dituduh membunuh Sulaiman dan istrinya di Desa Bojongsari, Bekasi, 1974. Tuduhan itu, kemudian, ternyata melenceng. Didampingi oleh Albert, Sengkon dan Karta mengajukan peninjauan kembali perkara (herziening), dan Mahkamah Agung setuju. Yang disesalkannya, gugatan ganti rugi Sengkon dan Karta kepada pemerintah (Departemen Kehakiman) ditolak. (apakabar@clark.net).

Mudah-mudahan kasus ini tak terulang pada kasus pembunuhan  Mr X atau Asrori. Diperlukan itikad baik dari semua pihak – khususnya aparat kepolisian.

[sumber gambar: Buku Mata Hati 1965-2007. EDITOR: Julian Sihombing. PENERBIT: Kompas (Jakarta, Juni 2007). UKURAN: 29 cm x 29 cm. TEBAL: 299 halaman. HARGA: Rp 400.000, yang saya ambil dari postinganmas blogombal]

Kaos Kakiku Kuotuor Suekalui!


Saya mempunyai kaos kaki dua pasang. Keduanya warna gelap. Satu coklat satu biru Krem. Keduanya sudah berumur 6 bulan. Yang warna krem sudah nampak kotor. Sangat kotor. Walau dirinso, yang katanya bisa mencuci sendiri, tetap saja kotornya nggak bisa hilang. Itu dakinya sudah teramat sangat lengket. Akhirnya, karena dibuang sayang, akhirnya saya buat gombal.

Saya, sebagai warga negara Indonesia, mempunyai wakil yang bernama Dewan Perwakilan Rakyat. Belakangan ini, dari hari ke hari, yang nampak adalah ‘kotoran’-nya saja. Kian hari kian banyak. Semakin diteliti, semakin banyak itu ‘kotoran’ bermunculan. Haruskah mereka lantas dibuang (baca: dibubarkan) saja. Saya pikir janganlah. Bagaimanapun mereka adalah wakil kita. Lalu?

Pada Pemilu 2009 nanti mudah-mudahan kita bisa memilih yang lebih baik.

DPR “Disuapi” Sejak 1970?


Praktik Bank Indonesia memberikan uang tanpa tanda bukti dan untuk berbagai urusan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat sudah berlangsung lama. Bahkan, praktik pemberian uang bantuan itu disebut-sebut berlangsung sejak tahun 1970. Dana itu diberikan karena DPR menentukan ”hidup” BI.

Kesaksian itu dipaparkan mantan Kepala Biro Gubernur BI Rusli Simanjuntak di Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Rabu (20/8). Selain memeriksa Rusli, sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Gusrizal ini juga menghadirkan saksi Jonathan serta anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004, Hamka Yandhu, Ali As’ad, Amru Al Mutasyim, dan Anthony Zeidra Abidin.

Hakim Hendra Yospin (H) bertanya, kenapa memberikan uang Rp 31,5 miliar pada tahun 2003 kepada anggota DPR tanpa tanda terima, Rusli (R) menjawab, itu adalah sebuah kelaziman. Jika BI memberikan ”bantuan” kepada DPR selalu tanpa tanda terima. (kompas)

Setelah 38 tahun baru terungkap. Tak bisa dibayangkan berapa tirlyun bila dana itu jumlahkan. Indonesia memang kaya raya. Sayangnya, kita, sebagai rakyat tidak pernah bisa menikmatinya……

Ayin & SBY: Black Campaign?


Beredarnya foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama terdakwa Artalyta Suryani alias Ayin saat pernikahan putra Ayin dianggap Partai Demokrat sebagai upaya black campaign. Tujuan black campaign sudah jelas itu menjatuhkan citra Partai Demokrat dan menjelekkan nama baik Presiden Yudhoyono menjelang Pemilu 2009.

“Foto-foto itu hanyalah black campaign dari orang-orang yang mencari sesuatu dengan cara seperti itu. Cara berpolitik yang tidak etis,” kata Ketua Fraksi Partai Demokrat (F-PD) Syarief Hasan di gedung DPR, Jakarta, Kamis ( 21/8 ) sore.

Sejak tanggal 18 Agustus 2008 lalu, foto Kepala Negara dengan Artalyta beredar di sejumlah milis dan forum. Dua foto yang beredar itu menggambarkan Presiden Yudhoyono sedang berada dalam resepsi pernikahan keluarga Artalyta. Foto pertama memperlihatkan Presiden sedang menyalami Artalyta, sedangkan foto kedua saat berpose dengan pengantin.

Saya yakin, diedarkan apa tidak, Ayin memang sudah berada di mana-mana. Jadi saya pikir ini bukan merupakan black campaign. Hanya merupakan penegasan bahwa Ayin itu memang Wonder Woman.